Intel AS: `Shutdown` Bahayakan Keamanan Nasional

TEMPO.COWashington - James Clapper, Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat, dan Ray Odierno, Kepala Staf Angkatan Darat AS, mengecam dampak dari penutupan sebagian layanan pemerintah federal. Clapper menyebut pembekuan pegawai di bidang intelijen menjadikan Amerika menjadi surga bagi perekrutan untuk agen mata-mata asing.
"Saya belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. Dalam pandangan saya, saya pikir ini, di atas pemotongan angaran, ini secara serius membahayakan keselamatan dan keamanan bangsa," kata Clapper kepada Komite Kehakiman Senat dalam sidang yang dimaksudkan untuk membahas soal pengawasan pengintaian oleh badan National Security Agency (NSA), Rabu 2 Oktober 2013.
Para pejabat mengatakan bahwa sekitar 70 persen dari semua personel intelijen telah dipaksa untuk mengambil cuti tidak dibayar, termasuk 4.000 pegawai yang spesialis bidang komputer.
"Hal ini mempengaruhi kemampuan global kami untuk mendukung militer, untuk mendukung diplomasi, dan mendukung kebijakan kami. Dan bahaya ini, tentu saja, ini akan terakumulasi dari waktu ke waktu --kerusakan akan menjadi berbahaya. Jadi setiap hari yang berlalu, bahaya juga meningkat," kata Clapper .
Pejabat itu mengatakan badan intelijen sedang mengatur konseling keuangan untuk staf di tengah kerentanan yang tidak biasa ini.
"Ini adalah tanah impian bagi dinas intelijen asing untuk melakukan perekrutan, terutama karena pegawai kami, sudah banyak dari mereka dirumahkan tanpa digaji yang dipicu oleh oleh pemotongan anggaran, akan memiliki --saya percaya-- tantangan keuangan yang lebih besar," kata Clapper.
Jenderal Ray Odierno mengatakan bahwa penutupan pemerintah pertama sejak 1996, "berdampak signifikan bagi operasi sehari-hari" dari Angkatan Darat Amerika Serikat .
"Semakin lama berlangsung, semakin buruk yang kita hadapi. Setiap hari yang berlalu, kita kehilangan tenaga, kita kehilangan kemampuan, " kata Odierno kepada Reuters.
Militer AS saat ini merumahkan personel non-esensialnya tanpa digaji, khususnya mereka yang tidak terlibat dalam operasi yang sedang berlangsung di luar negeri.
Penutupan parsial layanan pemerintah federal AS, sejak 1 Oktober 2013 lalu, menyebabkan sekitar 800.000 pegawai pemerintah federal tak bekerja dan tak digaji setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan soal pendanaan anggaran tahun depan. Pemicunya adalah karena pertentangan soal program paket kebijakan kesehatan Obamacare.