Liputan6.com, Mekah : Jutaan umat muslim dari segala penjuru dunia saat ini telah tiba di kota Mekah dan Madinah, Saudi Arabia. Mereka melaksanakan rukun Islam kelima: haji.
seperti Liputan6.com kutip dari situs Emirates 24/7, 27 September 2013, sebuah film berisi foto-foto tertua bagian barat Mekah kembali dipamerkan di Dubai pekan ini. Memotret kondisi kota Mekah, Ka'bah, dan Padang Arafah di musim haji tahun 1885, 128 tahun lalu.Menjadi tamu Allah dan beribadah di Baitullah, setidaknya sekali seumur hidup, adalah impian semua umat Islam, bahkan sejak ratusan tahun lalu.
Gambar-gambar itu diabadikan seorang dokter mata asal Irak, Al-Sayyid Abd al-Ghaffar atau Abdul Gaffar Al Baghdadi, dan orientalis Belanda, Christiaan Snouck Hurgronje --yang pernah memublikasikannya dalam sebuah pameran foto tahun 1889 di Eropa.
Snouck Hurgronje
Sebelumnya, CNN pada 18 November 2010 pernah memublikasikan video ini dalam artikel berjudul,"Adventurer's photos capture a bygone Mecca".
Selain foto berwarna sepia, Snouck Hurgronje juga merekam suara dari masa itu, menggunakan fonograf, mesin pertama yang dapat memainkan dan menyimpan suara, yang ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1877.
Dengan menjadi yang pertama memadukan foto dan suara, predikat baru pun pantas disandang Snouck Hurgronje --yang entah apa motivasinya-- memeluk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Ghaffar: pelopor jurnalisme multimedia. Selain predikat lain yang sudah melekat pada dirinya, sebagai petualang, orang terpelajar, juga mata-mata.
Elie Domit, direktur kreatif galeri Empty Quarter, Dubai yang memamerkan karya itu pada tahun 2010 memuji hasil jepretan tersebut, juga suara yang berhasil direkam. "Bisa Anda bayangkan pergi ke sana (Mekah) dengan segala tantangan dan kesulitan untuk merekam momentum bersejarah itu? Sangat mengagumkan," kata dia.
Jangan kira kamera di masa itu enteng dan gampang ditenteng. Beratnya bisa mencapai 40 kilogram, belum lagi peralatan lain seperti kertas dan botol-botol bahan kimia --dengan komposisi campuran yang rumit.
Snouck Hurgronje tinggal di Mekah selama 5 bulan, mendokumentasikan haji. Namun, niatnya tinggal untuk berhaji tak kesampaian. Ia diusir menyusul tuduhan keterlibatannya dalam upaya pencurian artefak bersejarah.
Snouck pun pergi meninggalkan kameranya. Setelah kepergiannya, Al-Sayyid Abd al-Ghaffar menggunakannya dan mengirim hasil jepretannya ke Snouck di Belanda.
Empat tahun kemudian, pada 1889, foto-foto yang diarsipkan oleh Perpustakaan Leiden University dipublikasikan.
Lebih dari foto atau suara yang ia rekam, kisah hidup Snouck tak kalah menarik. Ia tak pernah mengaku sebagai mata-mata, meski banyak dokumen dan sejarawan yang mengklaimnya.
"Kemungkinan besar dia bekerja sebagai agen spionase dalam rangka untuk memberikan informasi kepada Belanda, yang berkepentingan menggali informasi tentang gerilyawan muslim yang berusaha untuk menggulingkan kolonialisme Belanda," kata Elie Domit. Belanda kala itu ingin menaklukkan rakyat Aceh.
Sepulang dari Hindia Belanda --sebelum menjadi Indonesia-- ia kemudian menjadi penasihat utama Belanda untuk urusan penaklukan pribumi di Nusantara, hingga kematiannya pada 16 Juli 1936. (Ein/Mut)
0 komentar:
Posting Komentar